Noor Rahmah Julia
Sajak Karam
Dulu, kau pernah mengadu pada tuhan tentang malam yang tak pernah terang.
Atau tentang siang yang tak pernah hilang.
Kau menangis sesenggukan, menatap alam nanar.
Membisu sampai kudisan.
Membungkam tak alang-kepalang.
Dulu kau pernah berdialog dengan setan tentang perjanjian kutukan.
Atau tentang neraka yang kau rindukan.
Kau tertawa meledak, meratap gelap.
Menjerit membuncah langit.
Kau serupa sajak yang karam.
Hanya kini, tinggal ucapan
Orang memanggil mu si Jalang yang bersenggama dengan dosa
Mematut diri dengan kemiskinan dan menjadikan harga diri sebagai jaminan
Tubuh mu meringkuk ringkih
Laku mu tak ubah gulma pepohonan
Siang atau malam adalah sama untukmu
Kau serupa sajak yang karam
Bahwa ini adalah
Lihatlah! matamu merintih pada kosong yang melompong
Beradu tatap hanya untuk diam sejenak
Di lokus ini kamu memang kurang pandai, dan aku bosan
Tapi aku paham
Karena ini namanya suka sayang…
Kita rasa ada yang menggebu
Serupa kebit jantung yang menggelantung
Atau aroma rindu yang memburu
Lalu kau terpana sesorah
Dan aku tak sanggup menahan tawa
Karena ini namanya cinta sayang..
Sudah lama ada perawan lain difikiranmu
Aku tau, tapi siapa perduli
Tentu kamu tak ingin menjadi pejantan kampungan laku ayam pulung yang bersorai menggelar kontes sopran
atau sejoli yang berorientasi libidal
kita sama punya tempurung otak
maka rasakanlah sayang..
bahwa ini namanya cinta
Ciputat, 10 Maret 2011
*puisi ini tidak saya dedikasikan untuk siapapun kecuali untuk kemajuan budaya dan sastra.
anda lucu sekali, hehe
BalasHapus