Rabu, 12 Oktober 2011

BUKAN PSIKIATRIAT




Orang gila benci disebut gila. Orang gila benci dikatakan tidak waras dan sinting. Orang gila bukan mereka yang ber-otak kosong dan berpandangan melongpong. Orang gila tetap ingin diakui haknya sebagai manusia, Sekalipun manusia gila. Orang gila benci diteriaki dan ditertawakan. Orang gila benci mengamuk seperti orang kesetanan, orang gila hanya bisa diam melihat orang waras yang memicingkan mata padanya, menyumpahi atau bahkan meludahi harkatnya. Orang gila tidak bersalah. Gila hanya rekayasa tuhan untuk manusia, gila hanya cara kita memandang hidup.
‘‘Aku bukan pesakitan, jangan bawa aku dalam ambulan. Aku tidak ingin ditangani dokter hewan. Rambut ku hanya gondrong, mata ku hanya kosong, bajuku yang bau kotoran, tapi sumpah aku sejatinya orang waras, aku hanya ditakdirkan tuhan.‘‘
Jafran menjerit keras, namun jeritannya cukup disimpan dalam hati, bukan dalam umpatan, tapi dalam penyesalan tentang orang waras yang tak punya hati.
Namun, tak ada yang sanggup mendengar, kecuali organ kemaluan yang sesekali menghunuskan bau busuk pencemaran kuman. Kesimpulannya, Jafran jarang mandi, Jafran jarang Cebok, Jafran benci air! Air sejatinya musuh Spartan yang menjatuhkan tembakan meriam, berbahaya dan luar biasa jahatnya. Entahlah.
Tapi orang yang mengaku waras itu memahami teori Jafran dalam arti lain. Damn it, rutuk Jafran
‘’Jafran bau tai.. Jafran jarang mandi…. ‘’ teriakan bocah kampung itu selalu mengalun dalam ingatannya, sempurna menggerus semua keyakinannya bahwa Jafran masih waras.
Namun Jafran tetap keras memandang bahwa orang salah mengira. ‘’dikiranya saya gila,hahaha.’’ Gumam nya pelan dalam derai rambut jabrik yang menutupi keseluruhan wajahnya.

***

Gila tidak dibagi dalam sekat kategori, gila juga bukan klasifikasi histeris akut atau mereka yang sengaja mengklaim diri nyentrik-menggila seperti yang banyak dilakukan  para artis sinetronan. Gila ya gila, tidak bisa di definisi frasa, tidak bisa ditafsir kata atau bahkan di fahami sebagai makna.

***

‘’ruang apa ini, bau dan gelap? Tidak indah seperti kamarku di panti asuhan?‘‘ Jafran bertanya pada tikus yang mengintip dari celah internit yang ditrabasnya sampai bolong.
Namun tak ada jawaban, tikus itu diam karena bukan tikus ajaib Cinderella. Jafran memicingkan mata sembari menyumpah tikus yang tak sedikitpun berkelakar  atau sekedar berbasa-basi dengannya.
‘‘dasar tikus Gila!! Hihihihi‘‘ umpatnya bahagia.[1]

***

kaum gila sejajar dengan kaum lain yang menghimpun diri dalam komunitas. Komunitas Underground, komunitas Skinhead, Komunitas Jurnalis, sampai komunitas pengajian. Apapun itu judulnya. Gila juga perlu kumpulan, agar mereka bisa bebas memandang dunia tanpa ada yang mencibirnya, atau memonyongkan mulut demi menghinanya.

***

 ‘‘pelangi-pelangi, alangkah indahmu... merah kuning hijau dilangit yang bau! Hahahaha.. pelangi bau, pelangi bau! Hihihih‘‘
 Jafran tak mampu memandang rekannya yang juga dicap orang waras sebagai si gila. Bagi Jafran, dia menyanyi indah. Mampu menghibur yang tak dapat diberikan orang waras.
‘‘Jafran, ayo nyanyi! Hahahah.. lagunya bagus, eh.. lagunya bau! Hihihihi‘‘ teriak si rekan gila girang
Jafran antusias, dia tersenyum senang. Tertawa bersama cekikikan.

***

Satu minggu di tempat ini membuat Jafran Kerasan, dia tak berencana pindah tempat apalagi pulang ke rumah. Cukup baginya tempat ini jadi plesit paling menarik di alam dunia. Plesit yang menghimpunnya bersama sekawanan lain yang sekali lagi di Cap manusia waras dalam satu kata pemuas G I L A !!
Bagi Jafran, keluar artinya ancaman. Karena dia tidak sekedar akan dikucilkan, tetapi secara sadar telah menumbalkan diri untuk dibuang kejalanan.
Tiga atau empat tahun lalu, Jafran serupa hal nya dengan lelaki kebanyakan. Dia belajar, bekerja, berkawin dan beranak-pinak. Kehidupannya walau sederhana, tapi bahagia. Sampai pada suatu sore yang telah membawa nya dalam episode mahadahsyat, dimana dia mendapati Istri dan anak-anaknya sebagai  jelmaan setan duyung yang didaulat kakek moyangnya dari jaman ajali.
Sambil setengah depresi, Jafran  melantun doa, ‘’Tuhan sang pemilik setan, tolong rubah istri dan anak-anak ku dalam bentuk serupa manusia biasa. Sungguh tak mampu aku menanggung beban beberapa ekor keturunan setan ikan di rumahku. Apa yang hendak dikata para tetangga kelak, ‘’ pintanya sembari meratap
Dan sampai kapanpun ternyata tuhan tidak mendengar doa Jafran. Tuhan hanya tersenyum sambil berfirman, ‘’Nikmat manakah yang kamu dustakan ?’’
Jafran mengklaim bahwa tuhan tidak berpihak padanya, tuhan bahkan menuduh berdusta pada nikmat-Nya. Sampai kapanpun Jafran tidak menerima perlakuan tuhan atasnya.
Oleh sebab itu semua, Jafran menyepi ke daerah Batu Rejug  yang terkenal sebagai tanah warisan bromocorah brandal. Pada niat awal, Jafran ingin bertemu dan menagih wangsit kakek moyang yang menjadikan anak-Istrinya sebagai setan ikan duyung buruk rupa, namun niatnya harus runtuh seketika akibat Jafran yang memang tidak memiliki silsilah indang cenayang, sehingga sekuat apapun pertapaannya, dia tidak akan pernah diwarisi apapun oleh kekuatan gaib tersebut.
Alih-alih merubah wujud istri dan anak nya, Jafran malah dikutuk jadi orang sinting seumur hidup. Malang nian nasibnya, walaupun ia berusaha menyirap itu semua, namun ia tetap si Sinting yang lahir pada tatanan dunia baru.

Sadarkah Jafran bahwa itu tidak sekedar kutukan melainkan sebuah umpatan dan amarah tuhan karena dia telah berbuat syirik kepada-Nya ??

Jafran bukan tidak sadar akan hal itu, tetapi ia meyakini bahwa itu semata-mata urusan agama. Biarlah akherat yang menentukan akan dilempar kemana ia kelak, Syurga atau Neraka ? yang Jelas saat ini, Jafran selalu yakin bahwa ia tidak gila. Penamaan ‘’gila’’ atau ‘’sinting’’ hanyalah milik struktur sosial layaknya penamaan kelas sosial pengikut aliran Marxis.

***

Dunia bagi si Gila adalah dunia dari segala rasa, serpihan emosional yang terangkum dalam puzzle, Puzzle pskiatriat. Gila beneran yang sudah kolokal, yang sudah tidak memahami akal, yang menyandu seperti Ciu, yang merekat dan tak lekang.

***

Ciputat, sekian oktober duaribu sekian.



[1] Fakta bahwa tak ada manusia berakal  sehat yang dapat mengumpat sambil tertawa. Tapi ingat, Jafran tetap tidak gila. Do not ever Say That!

2 komentar:

  1. terus apa namanya kalo bukan gila ?

    A buat tulisan mba yang ini, KEREN
    SAYA SUKA

    BalasHapus
  2. dari mana anda dapat ide tulisan seperti ini?

    extraordinary

    BalasHapus