SI BOHAI
Noor Rahmah Julia
Pagi ini saya melihat kucing gemuk
berkeliaran di halaman belakang. Ia mengeong, mencari sedikit sesembahan untuk
perutnya. Harapannya pagi itu adalah mendapatkan sesuap rezeki untuk sekedar
sarapan pagi.
Kucing itu tidak berhenti mengong,
mengeluarkan suara maut yang dimilikinya, entah lapar atau hanya mencari
perhatian lawan jenisnya.
Belakangan diketahui bahwa kucing
itu hamil. Anak nya menurut USG ada 6, semuanya belang, kecuali satu yang tidak
belang, dan dia akan terlahir sebagai kucing hitam. Kelak, perkiraan saya,
kucing itu pasti akan dijauhi, karena dianggap jelek, dan tidak rupawan.
Tetapi pagi ini, kucing itu kembali
mengeong bukan untuk lapar. Dia memang kucing centil yang tak kenyang mencari
perhatian kucing-kucing pria di wilayahnya. Harus saya akui dia cukup menarik,
karena badannya semok dan Bohai. Jalannya lengak-lenggok kaya mau jaipongan.
Kemarin saya juga melihat kucing
serupa menangis, yang ini mukanya segi lima. Ia menangis dan air matanya turun
bersama belek. Dia berujar, bahwa wajahnya tak cantik, bulat dan berbentuk
segilima. Suaminya pergi meniggalkannya, berselingkuh dengan kucing yan semok
dan juga Bohai.
Kata dokter kandungan, usia kehamilan
si Bohai tidak lama. Artinya sebentar lagi dia mau punya bayi. Bayi nya lucu,
tapi sekali lagi, ada satu yang beda, beda karena warnanya hitam sendiri.
Si Bohai tampak kebingungan.
Jangankan mengurus 6 orang anaknya, makan tiap hari saja dia harus menyelinap
masuk dan mengendap ke rumah manusia. Dan itu tidaklah mudah. Bohai akan
dikuntit dan dikejar manusia, belum lagi dia harus menghadapi tantangan sapu
lidi, yang kapanpun siap mendarat di bulu-bulu halus Bohai akibat ulahnya
mencuri ikan-ikan sisa.
Fikirannya menerawang. Bohai
kembali mengingat kucing jantan yang menghamili nya. Dia memang jantan tapi
bukan suaminya. Sedangkan Si Bohai tidak
punya sanak saudara, sekandung atau se-angkat.
Lagipula, kebanyakan warga kucing benci si Bohai, terutama para kucing wanita
yang suaminya pernah disambar. Mereka jelas akan serta merta menyerapah dan
mengutuk si Bohai, bisa jadi si Bohai diusir dari kampungnya. Lalu dikatai, “Ucing
sundel!”
Si Bohai memekik, tak tahan dengan
penderitaan yang dialaminya. Dia heran mengapa dia selalu jadi pelarian
kemarahan warga. Padahal, jelas ia merasa tak berdosa. Ia hanya memiliki
cantik. Itu saja. dia tidak salah,
“Ini denah kucing, tak ada aturan
dan moral yang berlaku.Ini denah kucing tak dibekali etika dan konsep agama.
Ini denah kucing, tak gunakan logika dan tak ada tenggang rasa,” protes Bohai suatu ketika
Bohai mengeong,, setiap eongan nya
lembut dan mendesah. Apabila para jantan mendengar, birahi mereka naik dan
memuncak.
Sekai lagi si Bohai tidak salah,
“saya Cuma kucing, tak mengenal setia jiwa dan raga, jangan salah kan saya jika
saya harus bercinta dengan siapa saja” ujar nya
Mungkin si Bohai lupa, paska perang
dingin, tatanan dunia menjadi berubah.
Karena pertarungan konsep positipis dan pos-positipis tak pernah
usai. Akibatnya, para kucing jantan
banyak berfikir tentang struktur dunia yang anarki, konsep manusia yang sangat
agresif seperti yang dikatakan Hobes. Atau Bohai tidak tau, para kucing jantan
itu juga membaca leviathan dan Ilprince nya machiaveli. Sehingga para kucing
jantan itu akan menggunakan kuantitas agresivitas yang tak terkendali, Bohai
akan ada dibawah bayang-bayang para kucing jantan realis.
Begitupun dengan para kucing
wanita. Mereka berlomba memperkaya wacana dengan penerapanan konsep emansipasi
dan persamaan gender, mereka tidak hanya bercinta dan membuat anak. Mereka juga
tidak selalu memikirkan bagaimanan caranya mencuri ikan asin. Mereka sekarang
tidak ingin dipoligami, mereke berdemo, dan mengecam para wanita penggoda macam
Bohai.
Bohai tercenung dan tidak henti
berfikir, “apakah dunia sudah benar-benar merubah karakter utama para kucing?
Apakah ini artinya akan ada sebuah teori evolusi baru, yakni kucing saat ini
akan menjadi manusia dimasa depan?”
Sungguh ini terlalu rumit bagi tempurung
otak si Bohai. faktanya adalah Bohai hanya ingin hidup menjadi kucing normal
yang tidak pernah terikat moral. Bukan kucing masa kini yang dilumuri kepintaran licik! Sedangkan dirinya? Hanya
kucing kampung yang dipungut mang Ipul dari pinggir komplek kontrakan para
tukang.
“Meong.. meonng..” Bohai kembali mengaduh pada tuhan tentang
nasibnya yang tak rupawan. Ia ingin kembali ke kampung, bersama kucing-kucing
polos yang juga tak kenal moral. Kucing kampung teman-teman Bohai yang selalu
merasa bebas untuk mencari ikan asin dimanapun dan tidur dengan siapapun. Tentunya
bagi mereka, Kelahiran anak tidak jadi masalah karena tidak butuh status
marital, anak siapapun dan melahirkan dimanapun.
Kembali Bohai kebingungan karena
ada program baru dari pemerintah kota tentang pengurangan jumlah anak demi
mereduksi kemiskinan. Dua anak cukup! Seingat Bohai, itu slogan terakhir yang
ia baca di pamplet-pemplet pinggir jalan. “duh, bagaimana ini, anak saya kan 6.
Susah sekali hidup di dunia kucing yang bersinggungan dengan manusia,” rutuknya
sembarang.
Suatu ketika si Bohai berjalan
sendiri, sambil menggelandong perutnya yang buncit, dia berininsiatif untuk
mengakhiri hidupya.
Baginya, ketika mati, Roqib dan Atid tidak akan
bertanya tentang amalannya di dunia. Tentang kenapa dia tidak menikah secara resmi
dibawah bendera hijau KUA, tentang kenapa dia sering sekali berganti pasangan,
tentang siapa Bapak dari anak-anak yang dikandungnya, dan tentang hal lain yang
berkaitan dengan amalan, kesolehan, etika, dan moral.
Bahkan, ketika matipun, dia hanya
pasrah menjadi tanah yang digeliati cacing dan di tumpahi muntah kucing. Dia
akan hidup sebagi tanah, bersama mayat orang-orang gila dan sinting. Karena itu
sudah ketentuan tuhan
Bohai berjalan menyusur takdir,
“sebentar lagi,” fikirnya.
B+ (:
BalasHapuskalo boleh subjektif, C+ buat tulisan mba kali ini, kurang suka
BalasHapusapa ya?
ga bikin penasaran mba, tapi ya namanya juga selera, tapi tulisan mba yang laen2 saya suka
saya tunggu tulisan mba yang berikutnya.... good point (:
makasih atas komentar nya yang bertubi-tubi pda setiap tulisan saya
BalasHapuskembali....
BalasHapus